Jumat, 11 Oktober 2013

Santet dan KPK Sakti

Jakarta - KPK ditaburi bunga. Ada ceceran garam. Juga tanah (kuburan). Benarkah KPK disantet? Mempankah kalau itu benar-benar sesaji untuk mencelakai? Selagi niat dan batin anggota KPK baik, kalaulah itu santet, justru pengirimnya yang akan celaka. Insyaallah KPK sakti.

Tangkap tangan Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), membuat shock. Garda terakhir pengawasan itu runtuh. Apalagi kasus ini sepaket. Ada Chairun Nisa, wakil rakyat. Juga Ratu Atut, adiknya, dan pengacara. Ini bak yudikatif sebelum ketok palu difasilitasi legislatif, mengakomodasi eksekutif, maka lahirlah uang yang bisa untuk membeli segala-galanya.

Kasus ini membuat rakyat semakin tidak percaya bahwa di negeri ini masih ada pejabat yang baik dan amanah. Itu bukan semata karena kasus Akil saja. Setumpuk penyimpangan datang bergantian. Timbul tenggelam. Dan kasus Akil seperti vonis akhir, justifikasi, bahwa penegak hukum di negeri ini memang gampang dibeli.

Perkara yang membuat orang ternganga-nganga saking 'gilanya' kasus ini sekarang sedang bergulir. Kita ikuti prosesi panjang yang melahirkan sekuel-sekuel dari 'pengadilan gelap' itu. Bakal banyak hadir fakta unik, lucu dan menggemaskan. Dan itu akan seperti reality show yang miris karena terjadi dalam ranah hukum.

Yang menarik, di tengah perkara ini ada penggalan cerita yang tidak logis tapi diyakini ada. Santet! KPK disantet. Isu itu santer berhembus, ketika institusi ini mencegah Gubernur Banten Ratu Atut dan menetapkan adiknya sebagai tersangka suap pilkada. Isu itu seperti mendakwa, bahwa fakta hukum itu akan dilawan melalui mistik. Fakta versus fiksi?

Banten dalam peta mistik tak jauh dengan Banyuwangi di Jawa Timur. Dua daerah ini dipercaya kaya dengan budaya itu. Sama-sama memiliki 'hutan larangan', sama-sama punya suku mempertahankan tradisi. Dan sama-sama punya keyakinan, bahwa metafisis adalah hal lain yang memberi kekuatan sekaligus kekuasaan bagi pengamalnya.

Yang membedakan mistik ujung timur dan ujung barat Pulau Jawa itu hanya pada dasar keyakinan pengamalnya. Jika di ujung timur lebih bernuansa Jawa dengan Kejawen (sinkretis), maka di ujung barat mengental dengan Islamnya. Itu pula yang membedakan dalam aplikasi mistik pun doa serta sarana (uborampe) yang digunakan

Santet memang ada bagi yang percaya. Bagi pemeluk agama samawi (Islam, Kristen, Yahudi), itu masuk dalam kegaiban yang wajib diyakini. Dikategorikan sebagai perbuatan syirik dan musyrik karena menyekutukan Tuhan dan berkolaborasi dengan setan. Dan dalam agama ini perbuatan itu dianggap dosa besar karena dilakukan untuk mencelakai.

Di beberapa daerah, santet banyak dipraktikkan. Media yang dipakai macam-macam. Dan sarana untuk menunjuk korban memakai berbagai cara. Memang ada yang menggunakan bunga sebagai media 'menumbalkan' korban. Tanah dari kuburan untuk 'membunuh' sasaran. Juga garam yang dipercaya berkhasiat membuat korban sakit.

Namun sebagai 'ilmu hitam', santet masuk kategori sebagai ilmu kanoragan. Fisik. Bersifat wadak. Ilmu ini dalam peta mistik merupakan ilmu 'paling rendah', tetapi amat manjur jika sasarannya adalah manusia yang mempunyai kerendahan budi dan pekerti. Jika calon korban tidak bersih hati dan bersih pikiran, percaya dengan kekuatan mistik-mistik, maka dia akan jadi sasaran empuk.

Sebaliknya, orang yang baik budi pekertinya, selalu berprasangka baik dengan orang lain, rendah hati, penolong dan pemaaf, akan sangat sulit untuk terkena santet. Dia adalah orang yang dilindungi. Orang yang terselamatkan, yang dalam idiom Jawa, orang sakti yang sebenar-benar sakti.

Dalam agama Islam pun, orang teraniaya yang doanya makbul itu bukanlah koruptor, bajingan, atau rampok yang meratap pilu ketika tertangkap. Orang teraniaya itu adalah orang yang melakukan taubatan nasuha. Tobat sebenar-benar tobat karena menyadari dosa-dosanya besar. Mereka inilah yang segala permintaannya dikabulkan Allah.

Jika sekarang banyak guru dan ustad, kiai dan santri korupsi yang menjijikkan, itu bukanlah jenis manusia teraniaya yang doa dan jerit tangisnya terkabulkan. Itu adalah azab. Laknat Allah. Syukur setelah ini sadar dan memanfaatkan kesempatan yang diberi Tuhan untuk kembali ke jalan benar.

Terus bagaimana dengan isu santet yang ditujukan ke KPK? Benarkah itu akan membuat celaka orang-orang yang mengabdi di institusi ini? Memang ilmu hitam itu aplikatif. Tapi itu tidak akan mengalahkan 'ilmu putih'. Ilmu yang tidak perlu dipelajari tapi dijalani. Berbuat baiklah. Berpikir baiklah. Berprasangka baiklah di mana saja, insyaallah akan menjadi orang sakti mandraguna.

Yang memprihatinkan, kasus-kasus korupsi itu seperti menunjukkan, bahwa negeri ini sedang menuju zaman jahiliyah, zaman kalabendu, zaman kegelapan. Negeri ini masih jauh untuk menapaki zaman kecerahan, zaman kalasuba. Sebab tanda-tanda menuju zaman keemasan itu belum tampak, yang salah satunya ditandai dengan tampilnya pendeta bersabuk tanah. Kiai atau tokoh agama yang berani mati demi kebenaran. Semua sekarang sedang terkena euforia, ramai-ramai mengumpulkan harta. Tak perduli harta itu hasil merampok atau maling.

tanggapan : seharusnya masyarakat indonesia mendukung akan kinerja KPK bukanya malah disatet, kan gara - KPK juga banyak koruptor di tangkep, coba jika tidak ada KPK mungkin korupsi di indonesia semakin merajalela

sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/52539d2ffaca17d35b00000b/santet-dan-kpk-sakti/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar